LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I SISTEM PENCERNAAN
PADA
PASIEN NY “J” DENGAN DIAGNOSA GASTRITIS
DI
RUANGAN BAJI KAMASE RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR
Oleh
:
IQRAENI
ALFIRDA ABBAS
PO.71.4.201.15.1.019
II.A
/ IV
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
PROGRAM
STUDI DIV KEPERAWATAN
2017/2018
LAPORAN
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
GASTRITIS
Gastritis
adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang
pada daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung (seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa
disebabkan oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol. Gastritis dibagi menjadi 2
yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah kelainan
klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan
oleh ulkus dan berhubungan dengan Helicobacter pylori. (Mansjoer, 2001).
B.
ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab
gastritis adalah :
1. Gastritis
Akut
a. Penggunaan
obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti
aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.
c. Gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
d. Stress
Stress fisik akibat pembedahan
besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis
dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis
Kronik
Pada gastritis kronik penyebab
tidak jelas, tetapi berhubungan dengan Helicobacter pylori, apalagi ditemukan
ulkus pada pemeriksaan penunjang.
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :
1.
Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan
akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain dari gastritis akut mencakup
alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2.
Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri
Helicobacter pylori.
C.
PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya gastritis yaitu
awalanya karena obat-obatan, alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung
dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal
ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab
iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus
menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya
zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis
dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis.
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan
gejala pada gastritis adalah :
a. Gastritis
akut
1) Nyeri
epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
2) Mual,
kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini
dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehinggs terjadi peningkatan asam
lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan
pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul
dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis
kronis
Pada pasien gastritis kronis
umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
E.
KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi
yang terjadi dari gastritis adalah :
a. Gastritis
Akut
Gastritis akut adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
1) Perdarahan
saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan melena. Kadang-kadang
perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa
mengakibatkan kematian.
2) Terjadi
ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan hamper sama dengan
perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun pada tukak peptic penyebab utamanya
adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90%
pada tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
b. Gastritis
Kronis
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung
yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau
oleh bakteri H. Pylori.
1) Atrofi
lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap vitamin.
2) Anemia
Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik dalam serum atau
cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap vitamin B12.
3) Gangguan
penyerapan zat besi.
F.
PENCEGAHAN
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan
yang pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
Merokok
mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap
Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik
dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus
secara lebih cepat.
5) Kendalikan stress
Stres
meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan
tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat
meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika
memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih
parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.
7) Ikuti rekomendasi dokter
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Bila
pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan ini meliputi :
1) Pemeriksaan Darah
Tes ini
digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test
yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi
akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini
dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini
memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan
test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara
memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut
dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai
test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini
akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat
lebih jelas ketika dironsen.
E.
PENATALAKSANAAN
1. Gastritis
Akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001
penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan samapi gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi
dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam
digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya
perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat,
2004 penatalaksanaannya jika terjadi perdarahan, tindakan pertama adalah
tindakan konservatif berupa pembilasan air es disertai pemberian antacid dan
antagonis reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan bedah.
2. Gastritis
Kronik
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001
penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi
diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan memuli
farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001
penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat dilakukan
endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan menghindari penyebab pada
gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi
jika endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Pengkajian adalah langkah awal dari
proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual secara
komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau
data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari
keluarga (data sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier).
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada
klien Gastritis adalah sebagai berikut :
1. Data
dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan
meliputi :
a. Identitas
klien
Identitas klien meliputi nama,
umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Meliputi perjalanan penyakitnya,
awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul secara mendadak atau
bertahap, factor pencetus, upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
c. Riwayat
kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat dirumah sakit dan
riwayat pemakaian obat.
d. Riwayat
kesehatan keluarga
Meliputi adakah keluarga yang
mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.
e. Riwayat
psikososial
Meliputi mekanisme koping yang
digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan
cara klien menerima keadaannya.
f. Pola
kebiasaan sehari-hari
Meliputi cairan, nutrisi,
eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi,
inspeksi, auskultasi dan perkusi. Menurut Doengoes, 2000 adapun hasil
pengkajiannya yaitu :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, lemas, gangguan
pola tidur dan istirahat, kram abdomen, nyeri ulu hati.
Tanda : nyeri ulu hati saat
istirahat.
b. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)
c. Eliminasi
Gejala : bising usus hiperperaktif
atau hipoaktif, abdomen teraba keras. Distensi perubahan pola BAB.
Tanda : feses encer atau bercampur
darah (melena), bau busuk, konstipasi.
d. Integritas
ego
Gejala : stress (keuangan, hubungan
kerja). Perasaan tidak berdaya.
Tanda : ansietas, misalnya :
gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar.
e. Makanan
dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan
muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen, sendawa bau busa, penurunan berat
badan.
Tanda : membrane mukosa kering,
muntah berupa cairan yang berwarna kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram
pada abdomen.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan
berkunang-kunang, kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi
(mengantuk)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium kiri
samping tengah atau ulu hati, nyeri yang digambarkan sampai tajam, dangkal,
rasa terbakar, perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah
tegang.
h. Pernafasan
Gejala : sedikit sesak
i.
Penyuluhan
Gejala : faktor makanan, pola makan
yang tidak teratur, diet yang salah, gaya hidup yang salah.
3. Pemeriksaan
Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan
diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis adalah:
a.
Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht,
Leukosit, Trombosit.
b.
Pemeriksaan endoskopi.
c.
Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen
lambung.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Sebelum membuat diagnosa
keperawatan maka data yang terkumpul diidentifikasi untuk menentukan masalah
melalui analisa data, pengelompokkan data dan menentukan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat dari
hasil pengkajian keperawatan.
Menurut Doengoes, 2000 diagnosa
keperawatan pada klien dengan Gastritis adalah :
1.
Gangguan keseimbangan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang dan pengeluaran yang
berlebihan.
2.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan mukosa lambung yang teriritasi.
3.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4.
Gangguan personal hygiene rambut, kulit
kotor berhubungan dengan kelemahan fisik.
5.
Resiko tinggi terjadinya infeksi
berhubungan dengan adanya insersi IVFD yang menyebabkan masuknya mikroorganisme
pathogen.
6.
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
C.
PERENCANAAN
KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
RENCANA KEPERAWATAN
|
||
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
||
1
|
Gangguan keseimbangan cairan
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang dan
pengeluaran yang berlebihan
|
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan intake klien terpenuhi, ditandai
dengan Kriteria Hasil :
a.
Intake terpenuhi
b.
TTV dalam batas normal (TD :
120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, S : 36-370 C)
c.
Turgor kulit elastis
|
a.
Kaji turgor kulit
b.
Catat intake dan output cairan
c.
Pertahankan intake oral dan
tingkatkan sesuai toleransi.
d.
Hindari cairan yang bersifat asam
yang dapat meningkatkan asam lambung
e.
Observasi TTV
f.
Kolaborasi dalam pemberian
antiemetic
|
a.
indikator dehidrasi atau
hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan
b.
mengganti cairan untuk masukan
kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
c.
mengurangi terjadinya dehidrasi
d.
makanan atau minuman yang dapat
merangsang asam lambung dapat mengakibatkan mual dan muntah.
e.
indikator keadekuatan volume
sirkulasi
f.
mengurangi mual dan muntah.
|
2
|
Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi
|
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan
rasa nyaman : nyeri teratasi, ditandai dengan Kriteria Hasil :
a.
Rasa nyeri berkurang
b.
Keadaan klien tampak rileks
c.
Skala nyeri : 0
d.
TTV dalam batas normal (TD :120/80
mmHg, N :60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt,
S : 36-370 C) |
a.
Catat lokasi, lama, intensitas
nyeri
b.
Kompres hangat pada daerah nyeri
c.
Observasi TTV
d.
Berikan posisi yang nyaman
e.
Ajarkan teknik manajemen nyeri
f.
Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
|
a.
identifikasi karakteristik nyeri
dan factor yang berhubungan untuk memilih intervensi
b.
meningkatkan relaksasi otot.
c.
indikator keadekuatan volume
sirkulasi
d.
menurunkan rasa nyeri
e.
menurunkan stimulasi yang
berlebihan yang dapat mengurangi rasa nyeri
f.
menghilangkan nyeri sedang sampai
berat.
|
3
|
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
|
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi, ditandai dengan Kriteria Hasil :
a.
Nafsu makan bertambah
b.
Mual dan muntah berkurang
c.
Makan habis 1 porsi
d.
Berat badan bertambah secara
bertahap
|
a.
Kaji faktor penyebab klien tidak
nafsu makan
b.
Berikan makanan yang hangat dalam
porsi sedikit tapi sering
c.
Hindari pemberian makanan yang
dapat merangsang peningkatan asam lambung
d.
Hilangkan bau-bau yang menusuk
dari lingkungan
e.
Tanyakan pada klien tentang
makanan yang disukai atau tidak disukai.
f.
Kolaborasi dengan dokter ahli
gizi
|
a.
menentukan intervensi selanjutnya
b.
dilatasi gaster dapat terjadi
bila pemberian makanan terlalu cepat
c.
mengurangi pemberian asam lambung
yang dapat menyebabkan mual dan muntah.
d.
menurunkan stimulasi gejala mual
dan muntah.
e.
menghilangkan mual
f.
Menentukan diit makanan yang
tepat.
|
4
|
Gangguan
personal hygiene rambut, kulit kotor berhubungan dengan kelemahan fisik.
|
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan personal hygiene
klien terpenuhi, ditandai dengan kriteria hasil:
a.
Klien merasa segar
b.
Klien tampak tenang
c.
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
|
a.
Dorong perawatan diri
b.
Bantu pasien untuk merawat
dirinya
c.
Kaji kemampuan pasien untuk
memenuhi personal hygiene
d.
Libatkan keluarga dan klien saat
memandikan
e.
Gunakan perlengkapan khusus
sesuai kebuutuhan seperti handuk dan baju
|
a.
meningkatkan perasaan harga diri
b.
meringankan beban klien
c.
mengetahui tingkat kemampuan
klien dalam memenuhi personal hygiene
d.
meningkatkan kerja sama dan
perkembangan kemandirian
e.
meningkatkan kemampuan untuk
memindahkan dan menurunkan aktivitas dengan aman.
|
5
|
Resiko
tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya insersi IVFD yang
menyebabkan masuknya mikroorganisme pathogen.
|
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda infeksi
tidak ada, ditandai dengan Kriteria hasil :
a.
Tanda-tanda infeksi tidak terjadi.
b.
TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N
: 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt,
S : 36-370 C)
c.
Klien tampak tenang
|
a.
Berikan perawatan infus setiap
hari
b.
Kaji tanda-tanda infeksi
c.
Kaji TTV
d.
Gunakan teknik aseptik
|
a.
mengurangi terjadinya phlebitis
b.
mencegah terjadinya komplikasi
dari pemasangan infus.
c.
melihat keadaan umum klien
d.
teknik aseptik menurunkan resiko
penyebaran bakteri dan kontaminasi
silang.
|
6
|
Kurang
pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
|
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengerti
tentang penyakitnya, ditandai dengan
Kriteria hasil
a.
Klien mengerti tentang
penyakitnya
b.
Pengetahuan klien bertambah
|
a.
Beri penkes tentang penyakitnya
b.
Berikan kesempatan pada klien
untuk menanyakan hal yang ingin diketahui berhubungan dengan penyakit yang
dideritanya.
c.
Berikan kesempatan pada klien
untuk mengulangi kembali penjelasan yang diberikan perawat
d.
Lakukan evaluasi
|
a.
membantu individu dan keluarga
untuk menggunakan gaya hidup yang baik.
b.
memberikan pengetahuan dasar
dimana klien dapat mengontrol masalah kesehatan.
c.
mengidentifikasi keberhasilan
penkes.
d.
melihat apakah penkes berhasil
atau tidak
|
D.
PELAKSANAAN
KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, 2000 implementasi
adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai
tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan
untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien
Dalam melakukan tindakan
keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu : independen, dependen,
interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu
kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter
atau tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang
menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen
adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Keterampilan yang harus dipunyai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan
yaitu kognitif, sikap dan psikomotor.
Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan pendidikan kesehatan pada klien
Dalam melakukan tindakan khususnya pada klien dengan gastritis yang harus diperhatikan adalah pola nutrisi, skala nyeri klien, serta melakukan pendidikan kesehatan pada klien
E.
EVALUASI
KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, 2000 evaluasi
adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada
tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah
belum teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi yang dilakukan adalah
evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi
yang harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan
untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil
adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan. Adapun evaluasi dari
diagnosa keperawatan gastritis secara teoritis adalah apakah rasa nyeri klien
berkurang, apakah klien dapat mengkonsumsi makanan dengan baik, apakah terdapat
tanda-tanda infeksi, apakah klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,
apakah klien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit gastritis.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed 8 vol.3, EGC, Jakarta
Mansjoer, A, Suprohaita &
Setyowulan, 1999, Kapita Selekta
Kedokteran ed 3, Media Aesculapius, Jakarta
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong
(ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Doengos, 2000,
Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar